Pengelolaan kandang ayam broiler tak lepas dari peran penting Anak Buah Kandang (ABK) atau sering disebut juga anak kandang. Mereka menjadi tulang punggung dalam menjalankan aktivitas pemeliharaan ayam, mulai dari pemberian pakan, pemeriksaan kondisi ayam, hingga pembersihan kandang. Oleh karena itu, pemberian gaji ABK yang setimpal menjadi hal yang patut diperhatikan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaji ABK
Sebagai pekerjaan dalam sektor non-formal, besaran gaji ABK sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Populasi Ayam Jumlah ayam yang dikelola dalam satu periode menjadi faktor penting dalam penentuan gaji ABK. Semakin besar populasi ayam, umumnya gaji yang diberikan kepada ABK juga akan lebih besar.
- Skill ABK Tingkat keahlian atau skill yang dimiliki oleh ABK akan memengaruhi besaran gaji yang diterima. ABK dengan skill yang lebih tinggi cenderung mendapatkan gaji yang lebih baik.
- Jobdesk Pekerjaan Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh ABK juga ikut memengaruhi gaji. Tugas-tugas yang lebih teknis atau membutuhkan tanggung jawab ekstra bisa berdampak pada peningkatan gaji.
- Kebijakan Biaya Hidup Harian Tingkat biaya hidup di suatu daerah akan mempengaruhi besar kecilnya gaji yang diberikan. Daerah dengan biaya hidup tinggi cenderung memberikan gaji yang lebih besar.
Termasuk apakah biaya hidup ditanggung pemilik kandang atau tidak, mengingat anak kandang umumnya 24 jam tinggal di kandang selama periode pemeliharaan. - Kesepakatan dengan Peternak Kesepakatan antara ABK dan peternak, selaku pemilik kandang, juga menjadi faktor penentu. Belum adanya regulasi yang jelas untuk gaji ABK, membuat 4 faktor diatas hanya sebagai bahan pertimbangan dan masih menjadi sesuatu yang bisa dinegosiasikan antara peternak dan anak kandang. Karenanya faktor penentu utama gaji ABK adalah kesepakatan antara peternak dan anak kandang itu sendiri.
Sistem Penggajian ABK yang Umum Digunakan
Terdapat beberapa sistem penggajian ABK yang umum digunakan dalam industri ternak ayam broiler:
1. Sistem Borongan Per Ekor
Pada sistem ini, gaji ABK ditentukan berdasarkan jumlah populasi ayam yang dikelola dalam satu periode, dimulai dari saat ayam masuk (chick-in). Sebagai contoh, untuk kandang dengan populasi 10.000 ekor ayam, pembagian gaji dapat dijelaskan sebagai berikut:
Biaya Hidup ABK | Gaji per ekor per Chick-in |
Ditanggung Pemilik | 400-600 rupiah |
Ditanggung ABK | 800–1000 rupiah. |
Contoh: Jika suatu kandang berpopulasi 10,000 dengan biaya hidup ditanggung pemilik, dan kesepakatan gajinya di 500 per ekor, maka gaji ABK adalah Rp 500x 10,000 = Rp 5,000,000.
2. Sistem Berdasarkan Tonase Panen
Pada sistem ini, gaji ABK ditentukan setelah ayam panen (chick-out) berdasarkan berat tonase hasil panen. Contohnya, apabila:
Biaya Hidup | Gaji per kilogram |
Biaya hidup ditanggung oleh Pemilik | 300-500 rupiah |
Biaya hidup ditanggung oleh ABK | 600-800 rupiah |
3. Sistem Persentase RHPP
Beberapa peternak memilih memberikan gaji berdasarkan persentase dari Rekapitulasi Hasil Pemeliharaan Peternak (RHPP) setelah panen. Standar umumnya adalah:
RHPP | Gaji |
Tidak Dipotong Operasional | 25-35 persen dari RHPP |
Dipotong Operasional | 35-45 persen dari RHPP |
Untuk ABK dengan sistem gaji seperti ini biasanya akan lebih termotivasi untuk memberikan performance terbaik, karena pendapatannya tergantung dari seberapa banyak pendapatan peternak.
4. Sistem Gaji Tetap (Fix Salary)
Sistem ini melibatkan pemberian gaji tetap yang mengacu pada Upah Minimum Kota (UMK) yang berlaku di wilayah tersebut. Gaji ini dapat diberikan secara harian, mingguan, atau per periode tertentu.
Cara Efisiensi Gaji ABK Yang Benar
Dalam memilih sistem penggajian yang sesuai, perlu dilakukan pertimbangan matang. Setiap sistem memiliki kelebihan dan kekurangan, serta dampak finansial yang berbeda bagi peternak dan ABK. Kesesuaian dengan populasi ayam, skill ABK, jenis pekerjaan, biaya hidup dan kemampuan keuangan harus menjadi pertimbangan utama.
Peranan ABK sangatlah besar, pekerjaan hariannya pun cukup banyak karenanya sebisa mungkin kita mengapresiasi peran mereka dengan layak. Jika pun Anda ingin melakukan efisiensi maka lakukanlah dengan cara yang lebih baik.
Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi, beberapa pekerjaan berulang seperti mengukur dan mengatur suhu kandang dan kelembaban hingga mencatat data harian dapat dibantu dengan teknologi. Selain dapat memperingan pekerjaan anak kandang, hal ini juga dapat meningkatkan akurasi, kecepatan hingga kemudahan dalam mengelola ternak ayam broiler.
CI-Touch, kontroler kandang berbasis IoT yang dikembangkan Chickin Indonesia merupakan salah satu alat yang bisa membantu Anda dalam memantau dan mengontrol suhu dan kelembaban kandang secara real-time dan akurat.
Tonton video dibawah ini untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap
Kesimpulan
Gaji ABK dalam industri pengelolaan kandang ayam broiler memiliki variasi yang signifikan, tergantung pada sejumlah faktor seperti populasi ayam, skill ABK, jenis pekerjaan, biaya hidup, dan kesepakatan dengan peternak. Sistem penggajian yang umum digunakan mencakup sistem borongan, berdasarkan tonase panen, persentase RHPP, dan gaji tetap. Pemilihan sistem penggajian yang tepat harus disesuaikan dengan kondisi kandang dan kesepakatan yang adil bagi kedua belah pihak, demi kelangsungan operasional yang optimal.
Mari Bergabung dengan Komunitas Broiler Chickin Indonesia
Dengan bergabung bersama komunitas Chickin Indonesia, Anda akan terhubung dengan peternak-peternak broiler lainnya yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Anda dapat saling bertanya, diskusi, dan mengetahui update terbaru seputar industri peternakan ayam broiler. Selain itu, Anda dapat pula berkonsultasi dengan tim Chickin Indonesia untuk bertanya perihal beternak ayam broiler.
Komunitas ini terbuka baik bagi Anda yang baru memulai beternak maupun sudah memiliki peternakan dengan populasi dengan jumlah tertentu.
Klik link “Daftar” berikut untuk bergabung komunitas broiler Chickin Indonesia.
→ Daftar